UTARA

 

Aku adalah mata arah yang memantik mantik kebingungan, lalu lega karena 

berhasil menemukan utara.


Kamu, utara-ku.

Arah yang selalu aku tuju. Dalam gusar, dalam cemburu, dalam hilang. Seberapapun usahamu membentang jarak, aku akan segera melipatnya, menggulungnya habis, hingga aku dan kamu hanya berbatas udara selapis. Kosong. Hambar. Lalu penuh lagi oleh rasa-rasaku yang tumpah ruah tidak karuan.

 

Kamu, utara-ku.

Tempatku akan kembali seberapapun jauh aku telah berbalik pergi. Seperti maha medan magnet. Seperti oase. Seperti apa adanya kamu yang tidak aku temukan di arah yang lain. Barat terlalu ingin memiliki. Mengambil matahari untuk dia dekap setiap malam, membiarkan dunia gelap dan nelangsa. Timur? Terlalu sombong. Dia ingin menjadi yang paling terang saat memulai hari. Jumawa dengan sinar keemasan dan suara burung parkit di kejauhan. Jangan berani bertanya tentang selatan. Aku tidak menyukainya, terlalu hangat, terlalu menyerupaimu. Hingga aku benci ketika rasa-rasanya aku bisa saja jatuh cinta padanya.

Kamu, utara-ku.
Jalan pulangku.
Rumah tempat melepas lelah. Teman menyeduh kopi.
Ladang dimana tawa dan pelipur laraku akan bertumbuh hingga senja nanti.

Cilegon, 11-02-2022

Komentar

Postingan Populer